Go Green!!!
Dewasa ini kita sering mendengar kalimat itu. Bahkan kalimat itu telah dijadikan salah satu semboyan kampanye salah satu calon bupati di Jawa Barat. Program Go Green calon bupati ini diwujudkan dengan bagi-bagi kantong belanja nonplastik di salah satu pusat pembelanjaan terkemuka.
Go Green sebenarnya adalah upaya untuk kembali memanfaatkan bahan-bahan dari alam dan mengurangi penggunaan bahan-bahan sintetik yang membahayakan lingkungan. Salah satu bahan sintetik tersebut adalah plastik. Sampah plastik menimbulkan masalah serius karena tidak mudah terurai atau terdegradasi di lingkungan. Akibatnya sampah tersebut dapat mencemari air dan tanah.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengurangi bahaya sampah plastik. Diantaranya adalah dengan melakukan recycling, recovery, reuse dan reduce. Recycling atau daur ulang dilakukan dengan mengolah kembali sampah plastik menjadi plastik baru yang kemudian dapat digunakan kembali. Metode ini banyak digunakan untuk botol-botol plastik minuman. Recovery dilakukan dengan menggunakan plastik sebagai bahan bakar sehingga energinya dapat termanfaatkan. Reuse dilakukan dengan menggunakan kembali plastik-plastik sebelum benar-benar rusak dan dibuang. Reduce merupakan metode pengurangan plastik dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya dapat dilakukan dengan menggunakan tas belanja non-plastik.
Masalahnya adalah kehidupan kita benar-benar sudah tergantung oleh plastik. Di sekitar kita pasti ditemukan bahan-bahan yang terbuat dari plastik. Mulai dari pembungkus makanan dan minuman, alat-alat kebututan kantor, meja, kursi dan sebagainya. Metode yang masih relatif baru untuk mengurangi dampak pencemaran lingkungan oleh plastik adalah dengan memproduksi plastik biodegradable, yaitu plastik yang dapat terurai di lingkungan.
Terdapat dua jenis utama plastik biodegradabel di pasaran, yaitu hydro-biodegradable plastic (HBP) dan oxo-biodegradable plastic (OBP). Seperti namanya, HBP akan mengalami degradasi oleh adanya reaksi hidrolisis sedangkan OBP dapat mengalami degradasi karena reaksi oksidasi. Degradasi ini akan memecah polimer plastik menjadi molekul-molekul yang lebih sederhana.
OBP dibuat dengan menambahkan sejumlah kecil senyawa logam transisi tertentu (biasanya besi, mangan, kobalt atau nikel) pada plastik jenis poliolefin seperti polyethylene (PE), polypropylene (PP) dan polystyrene (PS). Aditif ini bertindak sebagai katalis. Katalis ini akan mempercepat reaksi degradasi oksidatif hingga beberapa kali lipat. Produk degradasi oksidatif terkatalisis dari poliolefin persis sama dengan hasil degradasi poliolefin konvensional.
HBP cenderung terdegradasi dan terbiodegradasi agak lebih cepat dari OBP, tetapi HBP membutuhkan unit pengolahan khusus. Hasil akhir degradasi OBP dan HPB adalah sama, keduanya dikonversi menjadi karbon dioksida (CO2), air (H2O) dan biomassa. Namun pada kondisi anaerob, HBP menghasilkan gas metan. Gas metan ini tidak dihasilkan pada degradasi OBP. OBP umumnya lebih murah, memiliki sifat fisik yang lebih baik dan dapat dibuat dengan peralatan pengolahan plastik kovensional.
Poliester memainkan peran dominan dalam HBP karena sifat ester yang dapat terhidrolisis. OBP dapat dibuat dari hasil pertanian seperti jagung, gandum, tebu, atau bahan bakar fosil (petroleum-based), atau gabungan dari keduanya. Beberapa polimer yang sering digunakan adalah PHA (polyhydroxyalkanoates), PHBV (polyhydroxybutyrate-valerate), PLA (asam polylactic), PCL (polycaprolactone), PVA (polyvinyl alcohol), PET (polyethylene terephthalate).
Di Indonesia sendiri sedang dikembangkan plastik biodegradable dari pati.. Pati merupakan biopolimer karbohidrat alami yang dapat terdegradasi secara mudah di alam. Namun sayangnya pati memiliki keterbatasan terkait kelarutan dalam air sehingga mudah rusak. Tidaklah lucu kiranya ketika plastik yang kita gunakan akan bocor bila terkena air.
Untuk menutupi kelemahan ini, maka pati dapat dicampur dengan biopolimer lain yang bersifat hidrofobik sehingga dapat tahan air. Salah satu biopolimer hidrofobik yang direkomendasikan adalah kitosan. Kitosan diperoleh dari limbah cangkang udang dan crustacea lainnya. Selain tidak larut di dalam air, kitosan juga bersifat tidak toksik, mudah terdegradasi dan bersifat polielektronik.
Pada dasarnya plastik biodegradable adalah plastik yang lebih mudah terurai oleh mikroorganisme daripada plastik konvensional. Plastik biodegradable dapat dibuat dengan penambahan aditif seperti ion logam transisi plastik konvensional. Selain itu plastik biodegradable juga dapat dihasilkan dengan menggunakan bahan dasar alam hasil pertanian yang dapat dengan mudah terurai oleh bakteri seperti pati.
Dewasa ini kita sering mendengar kalimat itu. Bahkan kalimat itu telah dijadikan salah satu semboyan kampanye salah satu calon bupati di Jawa Barat. Program Go Green calon bupati ini diwujudkan dengan bagi-bagi kantong belanja nonplastik di salah satu pusat pembelanjaan terkemuka.
Go Green sebenarnya adalah upaya untuk kembali memanfaatkan bahan-bahan dari alam dan mengurangi penggunaan bahan-bahan sintetik yang membahayakan lingkungan. Salah satu bahan sintetik tersebut adalah plastik. Sampah plastik menimbulkan masalah serius karena tidak mudah terurai atau terdegradasi di lingkungan. Akibatnya sampah tersebut dapat mencemari air dan tanah.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengurangi bahaya sampah plastik. Diantaranya adalah dengan melakukan recycling, recovery, reuse dan reduce. Recycling atau daur ulang dilakukan dengan mengolah kembali sampah plastik menjadi plastik baru yang kemudian dapat digunakan kembali. Metode ini banyak digunakan untuk botol-botol plastik minuman. Recovery dilakukan dengan menggunakan plastik sebagai bahan bakar sehingga energinya dapat termanfaatkan. Reuse dilakukan dengan menggunakan kembali plastik-plastik sebelum benar-benar rusak dan dibuang. Reduce merupakan metode pengurangan plastik dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya dapat dilakukan dengan menggunakan tas belanja non-plastik.
Masalahnya adalah kehidupan kita benar-benar sudah tergantung oleh plastik. Di sekitar kita pasti ditemukan bahan-bahan yang terbuat dari plastik. Mulai dari pembungkus makanan dan minuman, alat-alat kebututan kantor, meja, kursi dan sebagainya. Metode yang masih relatif baru untuk mengurangi dampak pencemaran lingkungan oleh plastik adalah dengan memproduksi plastik biodegradable, yaitu plastik yang dapat terurai di lingkungan.
Terdapat dua jenis utama plastik biodegradabel di pasaran, yaitu hydro-biodegradable plastic (HBP) dan oxo-biodegradable plastic (OBP). Seperti namanya, HBP akan mengalami degradasi oleh adanya reaksi hidrolisis sedangkan OBP dapat mengalami degradasi karena reaksi oksidasi. Degradasi ini akan memecah polimer plastik menjadi molekul-molekul yang lebih sederhana.
OBP dibuat dengan menambahkan sejumlah kecil senyawa logam transisi tertentu (biasanya besi, mangan, kobalt atau nikel) pada plastik jenis poliolefin seperti polyethylene (PE), polypropylene (PP) dan polystyrene (PS). Aditif ini bertindak sebagai katalis. Katalis ini akan mempercepat reaksi degradasi oksidatif hingga beberapa kali lipat. Produk degradasi oksidatif terkatalisis dari poliolefin persis sama dengan hasil degradasi poliolefin konvensional.
HBP cenderung terdegradasi dan terbiodegradasi agak lebih cepat dari OBP, tetapi HBP membutuhkan unit pengolahan khusus. Hasil akhir degradasi OBP dan HPB adalah sama, keduanya dikonversi menjadi karbon dioksida (CO2), air (H2O) dan biomassa. Namun pada kondisi anaerob, HBP menghasilkan gas metan. Gas metan ini tidak dihasilkan pada degradasi OBP. OBP umumnya lebih murah, memiliki sifat fisik yang lebih baik dan dapat dibuat dengan peralatan pengolahan plastik kovensional.
Poliester memainkan peran dominan dalam HBP karena sifat ester yang dapat terhidrolisis. OBP dapat dibuat dari hasil pertanian seperti jagung, gandum, tebu, atau bahan bakar fosil (petroleum-based), atau gabungan dari keduanya. Beberapa polimer yang sering digunakan adalah PHA (polyhydroxyalkanoates), PHBV (polyhydroxybutyrate-valerate), PLA (asam polylactic), PCL (polycaprolactone), PVA (polyvinyl alcohol), PET (polyethylene terephthalate).
Di Indonesia sendiri sedang dikembangkan plastik biodegradable dari pati.. Pati merupakan biopolimer karbohidrat alami yang dapat terdegradasi secara mudah di alam. Namun sayangnya pati memiliki keterbatasan terkait kelarutan dalam air sehingga mudah rusak. Tidaklah lucu kiranya ketika plastik yang kita gunakan akan bocor bila terkena air.
Untuk menutupi kelemahan ini, maka pati dapat dicampur dengan biopolimer lain yang bersifat hidrofobik sehingga dapat tahan air. Salah satu biopolimer hidrofobik yang direkomendasikan adalah kitosan. Kitosan diperoleh dari limbah cangkang udang dan crustacea lainnya. Selain tidak larut di dalam air, kitosan juga bersifat tidak toksik, mudah terdegradasi dan bersifat polielektronik.
Pada dasarnya plastik biodegradable adalah plastik yang lebih mudah terurai oleh mikroorganisme daripada plastik konvensional. Plastik biodegradable dapat dibuat dengan penambahan aditif seperti ion logam transisi plastik konvensional. Selain itu plastik biodegradable juga dapat dihasilkan dengan menggunakan bahan dasar alam hasil pertanian yang dapat dengan mudah terurai oleh bakteri seperti pati.
0 Comments for " Plastik Biodegradable "